Hari ini di kelas SOS ada Yodhi sama Wisnu yang ngajak diskusi teman sekelas mengenai seni budaya Indonesia.
Kesadaran bahwa kita memiliki budaya yang sangat beragam sebenarnya sudah ada, namun rasa memilikinya masih sangat kurang, termasuk aku salah satunya. Baru kerasa dirugikan kalau udah ada negara lain yang jadi kompor, kaya Malaysia yang asyik meng’aku’ beberapa kepemilikan kita, mulai dari batik, reog, pendet (ondel2 masuk list mereka kapan ya???).
Ada satu kelompok yang mengusulkan untuk diadakannya kegiatan di sekolah yang memfasilitasi mereka dalam eksplorasi seni budaya Indonesia, seperti ekskul angklung (jadi ingat dulu pernah ikut ekskul kolintang di SD... kalau di Van Lith ada ketoprak sama karawitan, tapi emang kalo beneran ada pada tertarik po???? Ga yakin...) dan menampilkan beberapa lagu menggunakan angklung mungkin jadi beberapa langkah konkrit. Aku juga sangat salut sama mereka yang tetep semangat beraksi ondel2 sama pencak silat diawal dan penutupan Edu Fair September kemaren (... jadi terbayang sport hall setelah ondel2 di openning ceremony). Sekolah emang udah memprakarsai dengan penggunaan batik Indonesia selama tiga hari dalam pembelajaran (SenIn, Jumat, dan Sabtu). Namun jujur saja, aku masih terkadang melihat anak yang menggunakan pakaian yang aku persepsikan sebagai bukan batik, contohnya kaya baju pantai bermotif laut atau bunga-bunga (seperti yang banyak ada di pantai/Bali).
Semua berawal dari TAU, KENAL, SAYANG, MILIKI (seperti kalau kita mulai tau ini orang bisa kita gebet, entah karena apanya. Ehm biasanya dari fisik ..... kemudian mulai tau namanya siapa, dilanjutkan dengan kenal beberapa identitas diri orang itu kaya ni orang anaknya siapa, sifatnya kaya apa, dll ....... trus dengan itu mulai muncul rasa sayang, dengan sikap perhatian kita ........ semua proses itu kemudian menumbuhkan rasa ingin memilikinya, atau kita kemudian memproklamirkan diri sebagai pacarnya, tunangannya, suami/istrinya).
Jadi teringat salah satu teman yang sedemikannya menujukkan kecintaannya sama budaya Jawa. Dia sampai bisa nulis pakai tulisan Jawa (mungkin karena dia dikaruniain kemampuan bahasa yang tinggi, buktinya banyak bahasa dikuasain, mulai dari bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa perancis, bahasa inggris, lagi belajar bahasa jerman.... mantap). Kesukaannya mempelajari bahasa juga ternyata menular pada teman2nya yang lain. Semoga makin banyak yang suka dan menikmati keragaman bahasa daerah. Balik ke topik.... Dari teman ini, aku sadar kalau aku yang bahkan 100 % adalah orang Jawa (ibu dan bapak asli lahir Jawa) ternyata kalah darinya : aku belum lancar menuliskan aksara Jawa (padahal usiaku terpaut 10 tahun). Trus ditanya batik Indonesia seperti apa saja pasti aku tidak yakin menjawabnya (aku saja baru tau kalau pakaian yang dikenakan para dalang yang lorek2 itu juga dinamakan batik, juga dari temanku ini). ...
Yah itulah, tua adalah pasti, namun dewasa itu pilihan. Aku memilih yang bisa kulakukan saja, yaitu menikmati budaya Indonesia (mulai dari seni musik, tari, .... sampai kuliner-nya), membuang sampah pada tempatnya dan tidak berkata kotor/tidak sopan. Aku yakin itu juga bagian dari budaya Indonesia. Biarkan pihak2 yang lain melakukan bagiannya, sesuai porsinya, yang jelas orang2 yang ngerasa diri orang Indonesia harus semakin CINTA INDONESIA demi masa depan Indonesia yang lebih baik....
Senin, 28 September 2009
Langganan:
Postingan (Atom)