Minggu, 11 Oktober 2009

Ibuku

Usiaku sekarang 25, artinya Beliau sekarang 52 (angka yang terbalik dengan usiaku). Aku lebih sering sepaham dengan ayahku, mungkin juga karena duka dan luka yang dikarenakan pola asuh tidak tepat yang diterapkan ibuku (walau bukan ditujukan padaku). Ini salah satu pelajaran hidup pertama yang akan kuingat selalu, dimana semua anak memiliki keunikan dan sebagai orangtua harus menerima dan menyayangi anak yang dipercayakan kepada kita dengan kesungguhan dan ketulusan hati.
Aku memilih untuk memaafkan semua yang ada dimasa lalu (kekerasan ibuku, kediamanku dan ayahku, pola asuh nenek+kakekku terhadap ibuku) dan kuyakin bahwa kumampu menjadi lebih baik. Terimakasih untuk orang2 yang telah membantuku menjalani proses pemulihan luka batinku. Ga ada orang yang sempurna.
Sekarang ... Kesehatan ibuku semakin rapuh, mulai dari sering keseleo kalau jalan, sering batuk (apalagi kalau stres), sering aku harus mengulang bicara karena ibuku entah kurang jelas mendengar ucapanku atau tidak perhatian dengan apa yang kukatakan, lebih cepat letih mengerjakan sesuatu, nonton TV harus menyender dan berakhir dengan ditonton TV (alias tertidur...), susah untuk berdiri setelah posisi duduk/jongkok, ...
Alasanku menulis bukan untuk menjelek-jelekkan ibuku, namun lebih pada pengolahan bahwa menerima kenyataan bahwa ibuku mulai tua adalah tidak mudah. Seringkali aku tidak sabar/jengkel/timbul pertanyaan kenapa secepat ini... Tapi aku sadar, ini perjalanan hidup. Puji Tuhan, sampai sekarang ibuku tidak dirawat di rumah sakit.
Aku paham sekarang teori yang diajarkan bahwa penerimaan diri pada usia tua bukan hal yang mudah adalah benar. Aku saja yang melihatnya berubah merasa tidak mudah menerima, apalagi ibuku yang mengalaminya sendiri. Banyak cinta dan kasih telah kudapatkan, ribuan doa terucap darinya selama 25 tahun kehidupanku (terkadang akupun lupa menyebutnya dalam doaku). Mari kita semakin bisa menujukkan bakti kita padanya, seorang IBU yang tanpanya tak mungkin kita ada sampai saat ini..
Tuhan, terimakasih untuk kehadiran ibuku, sertailah selalu langkah ibuku dan bantu aku bersabar mendampinginya.

Selasa, 06 Oktober 2009

Perpustakaan .... Impianku


Aku memiliki impian untuk memiliki perpustakaan, ada banyak lemari yang berjejerkan buku-buku. Aku suka sekali membaca buku dari kecil. Aku lupa buku apa yang pertama aku konsumsi. Ketika membaca buku rasanya menyenangkan, komik adalah salah satu yang kusuka (aku memulai dengan Doraemon, Candy-Candy, Topeng Kaca, sampai Yotsuba...), fiksi dan non fiksi (dari Trio Detektif, Empat Sekawan, karya indah dari Paulo Coelho...., kisah nyata Dave Pelzer, Mitch Albom, Susanna Tamaro, ... kisah2 inspiratif dari Kick Andy, beberapa buku psikologi terapan, trus... yang romantis seperti The Note Book, Wednesday Letters, sampai pada buku karangan negri sendiri mulai dari Arswendo Atmowiloto, 5CM dari Donny Dirgantoro, Dee, Djenar Maesa Ayu, dll).

Aku sejak kecil senang sekali ke perpustakaan, membaca buku. Dulu sewaktu di SMP, aku gemar baca dan pinjam Trio Detektif. Membaca membuatku berada dalam cerita tersebut. Ga heran kalau aku sampai pernah jatuh mbrusuk (masuk kedalam) ke selokan/galian kabel didekat sekolah. Waktu itu masih pagi, dan aku turun dari bus 613 di RS Pertamina. Aku harus berjalan ke skolah melalui Pasar burung dan pasar ikan.. Saking semangat dan konsentrasi penuh pada komik itu (aku lupa komik apa itu), terperosoklah aku kedalam lubang itu. Rasanya sakit dan perih... tapi aku ingat ga ada siapa2 dan dengan cepat (ga mau lama2 malu kalau banyak orang lihat posisiku), aku keluar dann masuk kedalam sekolah, naik tangga ke lantai 2, menuju kelasku. Aku masih melanjutkan membaca komik itu. Beberapa teman datang dan aku mulai sangat merasa ga tahan dengan perihnya, kemudian sambil bercerita aku menunjukkan lukaku dikaki. Ternyata lukanya dalam.... Temanku panik dan memanggil guru, akhirnya aku dibawa ke RS Carolus, dan dijahit, ternyata lukanya tak hanya di kaki. Parahnya, kejadian itu tidak membuatku jera membaca, tapi jadi sering ngeliyeng/mumet kalau ada darah (termasuk darah milik pribadi .... doh gimana nanti kalau melahirkan nie???)

Aku dari keluarga sederhana, jadi kecintaanku pada kisah yang ada di buku tersalurkan melalui perpustakaan bayar dan tidak bayar. Maksudnya adalah perpustakaan sekolah maupun perpustakaan/persewaan. Aku mendapat banyak hal dari membaca buku, makanya dengan memiliki banyak buku mungkin aku bisa berbagi dengan orang lain (terutama orang yang membutuhkan/orang yang seperti aku dimasa lalu).
Aku heran minat baca sepertinya tidak tinggi di negri ini, padahal baca adalah salah satu metode untuk belajar... dengan baca, kita bisa mengetahui sesuatu. Dan kemudian kita bisa menuangkannya dengan menulis. Membaca dan menulis adalah satu kesatuan. Mari mulai membiasakan diri untuk membaca...

Sekarang aku beruntung karena dengan bekerja aku telah berhasil memiliki lebih dari 90 buku (itung2 sebagai koleksi awal bakal perpustakaanku). Masih banyak buku bagus yang ingin kumiliki dan masih banyak ide yang belum bisa tertuang secara nyata. Semoga banyak berkah yang kuterima sehingga impianku semakin mampu kuperjuangkan.

Gimana dengan impianmu, teman?? Ayo lakukan sesuatu sehingga impianmu semakin bisa menjadi kenyataan. Gbu+fam

Minggu, 04 Oktober 2009

Yotsuba .. Komik-ku


Aku lagi suka satu komik judulnya Yotshuba, buatan Jepang. Lupa yang bikin siapa. Tapi komik ini sungguh bagus dikonsumsi. Ehm ... Kapan ya komik Indonesia jadi seperti ini? Seperti Doraemon, Gober, Smurf, Tin-Tin.... ? Aku tau komik ini dari salah satu sahabatku. Trimakasih, kuzzie.. Gambarnya lucu, sederhana, dan yang paling penting ceritanya inspiratif banget... Udah lebih dari dua kali aku baca ni komik (seri-nya yang aku baca baru sampai 7). Ga bosen..
Komik ini nyeritain satu anak yang selalu semangat terus dalam kesehariannya (selalu bisa menikmati hidup), padahal ini anak belum sekolah (seinget aku). Jadi inget khotbah Romo Sigit di misa jumat pertama kemaren, ”Kita harus berusaha menjadi seperti anak kecil” dimana Yesus sendiri berkata bahwa kita harus bertobat, merendahkan diri, dan menjadi seperti anak kecil untuk menjadi yang terbesar dalam KerajaanNya”.
Ga gampang untuk selalu bisa menikmati apa yang terjadi pada diri kita (apalagi kalau yang terjadi ga seperti yang kita mau). Beberapa cerita yang bisa kuingat tentang Yotshuba, mulai dari dia yang ga patah semangat naik sepeda (walaupun tanjakan sangat curam, jatuh, ngelinding), trus... ada lagi cerita waktu dia pengen banget nangkep semacam kumbang, trus menikmati ujan...... Aku merasa bingung kalau ditanya kapan terakhir aku menikmati peristiwa yang terjadi untuk aku seperti Yotshuba. Mungkin ketika liburan (kenapa lama sekali dan pas ’moment’ ya?). Aku kurang bersyukur ni buat yang terjadi.
Kayak malam minggu ini, pengennya ada yang ngapelin, tapi ternyata ada kesibukan lain yang membuatnya ga isa ke jakarta. Di rumah ujan, ga ada orang di rumah (malah Sebeh+Semeh yang ngapel....), ujan, internet ga lancar. Pertamanya jadi BT abis, .. eh ternyata ada yang menaruh Yotshuba-ku di meja tamu (mbak-ku) dan aku jadi ”diingatkan” (aku bisa mengambil keputusan untuk menikmati malam mingguan ini). Salah satu bukti bahwa pikiran bisa mempengaruhi emosi kita.
Terimakasih, Yotshuba udah mengingatkanku untuk menikmati dan mensyukuri hidup-ku...